Kenangan Dan Kerinduan Anak Terhadap Ayah
“Tuink Tuink Tuink” tepat pukul 00:01 AM alarm gadget saya berbunyi, tanggal di kalender mengingatkan bahwa pada hari ini atau tepatnya 18 Tahun yang lalu adalah hari wafatnya Ayah saya, Almarhum C.J.S (Johny) Simandjuntak atau Ompu Queentha, Beliau terkena serangan jantung dan meninggal dunia pada usia 55 tahun di ruang kerjanya dirumah.
Tak terasa kenangan demi kenangan saat saya masih kecil muncul di benak pikiran hingga menimbulkan rasa haru dan kerinduan yang sangat mendalam terhadap Beliau. Memang terlalu cepat Beliau meninggalkan kami anak-anaknya, saat itupun saya masih baru memasuki usia 19 Tahun dimana saya baru berangkat ke Jerman dan belum 1 bulan tinggal disana untuk sekolah, dan pada umur tersebut sedang dalam proses menjadi laki-laki dewasa yang masih butuh bimbingan dan pelajarannya dari figur orangtua terutama seorang Ayah.
Walaupun hanya 19 Tahun saya hidup didalam bimbingan Beliau, banyak hal yang dapat ditarik menjadi bekal pelajaran dan pegangan hidup saya dalam menghadapi kehidupan ini, akan sangat panjang dan tidak akan selesai jika ditulis semuannya, akan tetapi ada pelajaran penting bagi saya dalam hubungannya bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia lain.
Konsep Asih, Asuh dan Asah
Lahir dan besar sebagai orang Batak asli (baca : BTL) dan menjadi anak tertua dari 14 bersaudara (4 adik kandung dan 9 adik tiri dari lain Ibu) ditambah 1 adik angkat tidaklah mudah untuk beliau, dimana sejak umur 9 tahun sudah ditinggalkan oleh Ibunya, sehingga tanggung jawab keluarga besar mengganti peranan Ibu sudah menjadi bagian hidupnya, bahkan terus berlanjut hingga Beliaupun sudah berkeluarga dan mempunyai anak tanpa membedakan adik kandung, adik tiri bahkan adik angkat.
Bagi Beliau itu bukan menjadi beban, karena Beliau merasa itu memang sudah menjadi Kodrat dan Hakikat nya, sehingga dalam menjalankan kehidupannya banyak prinsip-prinsip yang harus dipelajari dan dicobanya, dan tidak hanya terpaku oleh prinsip Batak saja, akan tetapi dari berbagai macam suku bahkan Internasional. Itulah salah satu sebabnya semua Anaknya disekolahkan ke luar negeri.
Beliau sering mengajarkan dan mengatakan kepada kami, bahwa dalam pembentukan pribadi maupun karakter manusia, harus memahami pada dasarnya “tidak ada manusia yang sempurna” dan pentingnya dalam hidup ini untuk menerapan konsep “Asih, Asuh dan Asah”, yaitu :
1. Saling Asih
Saling Mengasihi, Memberi, Menerima dan Memaafkan yang berpegangan kepada Cinta dan Kasih terhadap Kedamaian, Keadilan dan Kebijakan.
2. Saling Asuh
Saling Mengasuh, Menghargai, Membimbing, Melindungi dan Menjaga yang berpegangan kepada Keyakinan, Kesabaran, Kebaikan, Kebenaran, Kesetiaan dan Pengabdian.
3. Saling Asah
Saling Mengasah, Membina, Membangun dan Mengembangkan yang berpegangan kepada Pengetahuan, Pendidikan dan Pengajaran.
Dalam penjelasan makna tersebut, Beliau juga mengutarakan bahwa itu sangat sulit akan tetapi harus dicoba dan terus dicoba, dan untuk meng-implementasi-kannya Beliau memberikan suatu gambaran yang sangat sederhana yaitu dengan tubuh kita, yang mempunyai banyak organ tubuh dengan berbagai macam fungsi, dihubungkan dengan syaraf dan nadi, pada akhirnya dijadikan satu oleh aliran darah hingga menimbulkan berbagai macam rasa.
“Jadikan Anggota Keluarga, Masyarakat, Teman atau Siapapun itu sebagai Bagian dari Organ Tubuhmu, sehingga Kamu dapat Terhubung dan Merasakan, jika salah satu Organ tersebut dalam keadaan sakit ataupun sehat, maka seluruh tubuhmu ikut bergetar dan merasakannya”
Pengalaman & Pelajaran Dasar
Pada suatu ketika Beliau sedang dalam perjalanan sendiri ke kebun keluarga di daerah Bogor, dan tanpa diharapkan mobil kesayangannya sebuah Mercy Biru tua ditabrak dari belakang oleh Bus Metro Mini didaerah Pasar Jum’at – Jakarta yang pada saat itu banyak bus yang berebutan penumpang. Saking cepat dan kuatnya Bus Metro Mini itu menabrak, mengakibatkan bagian bagasi mobil tersebut rusak parah sehingga Beliau harus berhenti dan tidak dapat meneruskan perjalanannya.
Beliau dan Supir Bus tersebut sama-sama berhenti dipinggir jalan dan melakukan perundingan tentang penyelesaian masalah, seperti yang biasa terjadi supir bus tersebut mengaku bersalah dan meminta maaf karena harus mengejar target harian, dan mengungkapkan tidak dapat mengganti kerugian material yang terjadi. Beliau lalu meminta STNK Bus dan SIM Supir tadi, dan baru diketahui kalo supir tersebut adalah orang batak juga.
Tanpa terduga, bukannya dimarahi karena tidak adanya penyelesaian dari masalah tersebut, Beliau malah meminta Supir Bus itu untuk datang ke rumah kami pada malam hari dengan membawa istri dan anaknya untuk diundang makan malam. Ini membuat orang dirumah menjadi terkejut, tidak mengerti dan bingung, mengapa Beliau mengundang supir bus dan keluarganya untuk makan malam.
Malampun tiba, dan Supir tadi beserta keluarganya pun datang dengan membawa makanan batak yaitu Ikan Arsik (Ikan Arsik adalah Ikan Mas yang merupakan makanan ciri khas Batak yang diperuntukan atau dibuat untuk Penghormatan). Beliau pun mengumpulkan semua untuk menyambut mereka, sehingga terjadi suatu pengenalan keluarga.
Pada Pertemuaan tersebut kembali Supir Bus tadi memohon maaf, mengaku bersalah dan tidak dapat mengganti kerugian. Dan pada saat itu Ayah kami menerima, memaafkan dan dapat mengerti dengan ketidakmampuannya untuk menggantikan secara materi, akan tetapi Beliau meminta untuk 1 minggu ini dapat menggunakan jasanya sebagai Supir dan akan dibayarkan normal sebanyak yang dia dapatkan dari mengendarai Bus selama 1 minggu terhitung mulai esok harinya. Akhirnya keinginan dan kesepakatan tadi disetujui dan dikembalikanlah STNK Bus dan SIM-nya. Malam itu diakhiri dengan makan malam bersama. Walaupun banyak orang yang terheran-heran dengan keputusan tadi, mungkin Supir Bus dan keluarganya pun terheran-heran.
Keesokan harinya tepat pukul 7 tibalah sang Supir tadi dengan memakai pakaian rapih dan siap membawa Ayah kami dengan tujuan kembali ke kebun keluarga di Bogor dan terus berlangsung hingga 1 minggu kedepan dengan berbagai macam tujuan.
Didalam perjalanan tersebut, maupun selama 1 minggu kedepan banyak hal yang akan terjadi dari pengalaman hingga perubahan yang mungkin dapat merubah sikap Supir tadi, karena dia harus mengendarai mobil pribadi yang kecil dan bukannya Bus Umum yang besar.
Maka tibalah 7 hari tersebut, dan kembali Ayah kami mengundang Supir dan keluarganya kembali untuk makan malam. Dalam pertemuaan tersebut, kembali Supir itu mengucapkan terima kasih atas apa yang dia dapatkan dari pengalaman selama 1 minggu ini. Supir tadi merasakan adanya sudut pandang lain ketika dia mengendarai mobil pribadi bukannya Bus Umum dan banyaknya pelajaran maupun pengetahuan dari percakapan yang terjadi. Lalu pertemuaan tersebut ditutup dan Supir tadi mendapatkan bagian yang sudah menjadi haknya.
Harapan dan Keinginan
Pedoman hidup dan Pengalaman tadi menjadi penting untuk saya pribadi dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan, keluarga, masyarakat, persahabatan maupun pekerjaan. Memang hingga saat ini masih terjadi kendala-kendala dalam meng-implementasi-kannya, terutama masih adanya ke-egois-an yang juga merupakan karakter dasar didalam manusia.
Memang sayang, Beliau terlalu cepat pergi, banyak hal yang saat ini dan dengan bertambahnya kedewasaan saya, banyak pertanyaan yang ingin saya tanya dan banyak pengalaman yang ingin saya peroleh. Mungkin ini hanya akan saya dapat dan peroleh dari orang yang masih ada disekeliling saya.
Dan semoga tulisan inipun dapat menjadikan bagian dari pembelajaran atau sharing knowledge bagi keturunan Beliau dan masyarakat luas lainnya, sehingga harapan kita untuk dapat menjadi Manusia yang lebih baik dapat tercapai, dan tentunya dengan mempunyai suatu keyakinan dan keinginan yang selalu dibawa didalam doa kita sehari-hari.
Terima kasih Papa, biarlah didalam setiap mimpi, kita tetap saling Asih, saling Asuh dan saling Asah.
“Ku Tatap, Ku Kenang … Jatuh Airmata Ku Berlinang …..”
hadduh Tan… terharu deh.. jadi dirimu tuh wise ‘menurun’ dari almarhum bokap ya..pantes nana tayank2.. hehe.. memang apapun masalahnya, bagaimana reaksi kita.. 🙂
Amin … Semoga kita semua dapat saling menguatkan
Terima kasih banyak telah membagi pengalaman anda tentang seorang ayah..sehingga sekarang saya sadar akan jasa – jasa yang telah beliau berikan terhadap saya pribadi dan keluarga..
Hi Sutan, ich glaube, hier ist nicht der richtige platz. 😉
ich bin willy – FFM , kennst du mich noch?
alte freund. schreib mir mal.
WChandra@gmail.com
danke!
Hai Willy …..
Ich habe dich ein Email schon gescrieben, Kuck doch mal an ….
Freu mich, dass wir uns wieder ein Kontakt haben ….
Hai Sutan, apa kabar nya,
Saya udah di Indonesia sekarang, di mana kamu sekarang, ini no HP saya 0813 714 381 37
Di tunggu ja kabaranya
cau
Charlie Aswardi
Charlie ….
Ich werde dich bald anrufen ….
Freue mich dich wieder zu hören